(Savananews.com) Lombok Utara - Festival rakyat Bangsal
Menggawe kembali diselenggarakan untuk yang ketiga kalinya. Setelah pertama kali diadakan
pada tahun 2016 dengan tema “Membasaq” dan pada tahun 2017 dengan tema
“Siq-siq O Bungkuk”, maka tahun ini Bangsal Menggawe ke- 3 mengangkat tema “Museum
Dongeng”.
Bangsal Menggawe 2019: “Museum Dongeng” sendiri telah
dimulai sejak tanggal 1 Februari, hingga hari puncak festivalnya yang akan jatuh pada tanggal 2 Maret nanti,
tepatnya di Pelabuhan Bangsal, Kecamatan
Pemenang, Kabupaten Lombok Utara.
Merujuk kepada pengantar kuratorial yang ditulis oleh
Otty Widasari, berjudul Tubuh Intertidal di Masa Surutan (lihat http://pasirputih.org/tubuh-intertidal-di-masa-surutan/),
salah satu tujuan dipilihnya “Museum Dongeng” sebagai tajuk bingkaian festival
tersebut tahun ini ialah untuk menanggapi keadaan pascagempa.
Kondisi ini menyebabkan infrastruktur tidak berjalan dengan maksimal sementara
aktivitas sehari-hari harus terus berjalan. Lewat tema tersebut, Bangsal
Menggawe mencoba mengangkat kembali narasi-narasi kecil yang tersebar di masyarakat
sebagai unsur yang memiliki fungsi kultural dalam menjaga semangat warga untuk
kembali beraktivitas membangun daerahnya.
Sebagai usaha untuk mengaktifkan kembali festival yang
sempat tertunda pelaksanaannya pada tahun 2018, Bangsal Menggawe 2019: “Museum
Dongeng” mengajak warga untuk saling bergandengan tangan membangun kesadaran
dan kerukunan umat beragama, dan juga sebagai penegas bahwa Bangsal Menggawe
adalah peristiwa kebudayaan yang mesti ada demi mewadahi banyak aspirasi yang
berasal dari warga lokal itu sendiri.
Bangsal Menggawe 2019 yang diselenggarakan lewat
kerjasama antara warga lokal di Kecamatan Pemenang, Yayasan Pasirputih, Forum
Lenteng (Jakarta), dan Komunitas Gubuak Kopi (Solok, Sumatera Barat) itu diisi
dengan beberapa kegiatan utama, antara lain :
1. turnamen Bangsal Cup U-13 (10 Februari – 2 Maret),
2. sosialisasi senam tari rudat oleh Sanggar Panca Pesona yang
dipimpin oleh Zakaria (Maestro Rudat) dan pelaksanaan senam tari rudat bersama
pada tanggal 2 Maret 2019,
3. pengaktifan kembali produksi dan distribusi arsip
audiovisual warga Pemenang lewat pengadaan program Berugaq TV (siaran TV kabel
di sejumlah berugaq milik warga), yang digarap oleh Muhammad Imran dan Hamdani
(anggota Pasirputih), Dhuha Ramadhani (aktivis media dari Jakarta), dan Wahid Hasyim
(pengusaha TV kabel di Kecamatan Pemenang),
4. proyek teater Isin Angsat (16 Februari – 2 Maret) yang
digarap oleh Amaq Dahrun (pegiat teater lokal di Pemenang), Martini Supiana
(pegiat Perempuan Pemenang), dan Pingkan Polla (pegiat seni performans dari
Jakarta), yang berkolaborasi dengan beberapa warga,
5. proyek zine Theo Nugraha (seniman bunyi asal Samarinda) yang
berkolaborasi dengan warga untuk mencoba merekam bebunyian yang mencirikan
kekhasan Pemenang menggunakan medium teks, dan
6. pembuatan patung terompet raksasa dari bambu dan botol
bekas sebagai ikon festival tahun ini, yang dibuat lewat kolaborasi antara
Maria Silalahi (pegiat seni dari Jakarta), Mintarja (tokoh pemuda Pemenang),
dan warga lokal di Dusun Karang Desa, Pemenang Barat.
Sementara itu Acara puncak Bangsal Menggawe tahun
ini akan dirangkai dengan kegiatan doa bersama di Pelabuhan Bangsal pada tanggal 2
Maret demi kesejahteraan Pemenang, yang dilakukan oleh tiga umat beragama
(Islam, Hindu, dan Budha) sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masingmasing umat.
Dalam rangka kegiatan berdoa bersama itu warga juga
bergotong royong membuat obor yang akan dinyalakan pada malam puncak Bangsal
Menggawe 2019, (*)
Social Header